Kurang lebih 14 abad yang lalu,
Rasulullah SAW sudah mengingatkan kita dalam sebuah hadits: “Sesungguhnya Allah meridhai kalian pada tiga perkara dan
membenci kalian pada tiga pula. Allah meridhai apabila kalian hanya menyembah
Allah semata dan tidak mempersekutukannya serta berpegang teguh pada tali
(agama) Allah seluruhnya dan janganlah kalian berpecah belah. Dan Allah
membenci kalian bila kalian suka “qila wa qala” (berkata tanpa berdasar),
banyak bertanya (yang tidak bermanfaat) serta menyia-nyiakan harta.” Diriwayatkan oleh Muslim hadits no. 1715.
Hadits tentang tiga perkara yang dibenci ini juga diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dari Mughirah hadits no.2408 dan diriwayatkan juga oleh Muslim. (Sumber:
Almanhaj.or.id).
Aku teringat tentang kata-kata seseorang (sebut saja ia
Mawar) hehe. Dia bilang,“Jangan banyak bertanya, nanti kita sama aja
kayak Bani Israil”. #Jleb. Di sisi otak yang lain kita dicekoki peribahasa
sejak SD, kalau malu bertanya itu akan sesat di jalan. Akhirnya kita dilema mau
milih yang mana. Imbasnya, di kelas atau di majelis ilmu kita hanya bisa
manggut-manggut. Hanya ada dua arti antara mengerti dengan isyarat kepala
mengangguk atau manggut-manggut karena mengantuk. Bertanya itu bukan sebuah
aib. Justru itu adalah dorongan kesemangatan seseorang dalam kebaikan. Sesungguhnya
bertanya itu sikap yang mulia. Buktinya, dulu para sahabat sering bertanya
banyak hal tentang masalah agama kepada Rasulullah SAW. Bertanya itu
pekerjaan mulia. Dalam tanda kutip, bertanya untuk mengambil manfaat. Bukan
bertanya untuk riya. Bukan bertanya dengan niat menjatuhkan. Bertanya karena
mencari kebenaran, bukan mencari segala pembenaran. Nah..! Digaris bawahi dan
ditulis tebal ya. J
O..ya. Bani Israil. Tentang Bani Israil yang hobinya nanya. Aku
setuju kepada Ustadz Salim A. Fillah dalam bukunya “Saksikan Bahwa Aku Seorang
Muslim” yang mengatakan bahwa mereka
(Bani Israil) itu gak cuma hobi nanya. Tapi bawel. Cerewet. (Masih mendinglah
quote-quote cinta zaman sekarang yang menyatakan kalau cewek yang bawel binti
cerewet itu sebenernya setia kalau udah sayang). Hehe *abaikan. Nah ini lebih
parah. Cerewetnya mereka, Allah firmankan dalam Al Quran untuk alasan I’tibar
dan agar kita dapat mengambil hikmahnya. Mereka itu rewel atau cerewet mulai
dari soal makan. Seperti yang Allah firmankan dalam Surat Al Baqarah ayat 61. Sampai
menjadi kufur dan mengingkari Nabinya (Q.S.Al Baqarah: 55). Mereka juga banyak
bertanya (Q.S. Al Baqarah 68).
So gimana ya kalau konteksnya itu
anak-anak kecil yang doyan nanya? Kayak gambar di atas ononoo….Gak mungkin juga
anak-anak yang lagi imutnya gitu kita samakan dengan Bani Israil. Dalam pola
perkembangan otak, memang pada sebagian
anak bisa menimbulkan sikap kritis. Dan itu sah-sah saja. Banyak bertanya
disini, kita bertanya pada hal-hal yang sudah jelas, apalagi kalau jawabannya
sudah diatur di dalam Al Quran dan Hadits. Jangan salah kawan. Dalam bertanya
kita juga punya adab-adabnya. Biarkanlah saya menculik sedikit ilmu Syaikh
Shalih Bin Abdul ‘Aziz Alu Syaikh -hafizhahullah- tentang adab bertanya.
Diantaranya adalah:
Pertama, salah satu adab yang
mesti diperhatikan oleh penanya adalah bertanya dengan pertanyaan yang jelas
dan tidak samar, dengan kata-kata yang lugas dan tidak putar-putar yaitu
menjelaskan duduk permasalahan sebelum bertanya. Kedua, adab lain yang perlu
diperhatikan oleh penanya adalah tidak bertanya tentang sesuatu yang sudah ia
ketahui jawabannya. Sebagian penuntut ilmu, atau orang yang sudah bisa menelaah
masalah, terkadang sudah pernah menelaah sebuah masalah dan mengetahui
pendapat-pendapat para ulama tentang hal tersebut, namun ia datang kepada mufti
(penasehat) lalu bertanya. Jika sang mufti menjawab
dengan jawaban yang sesuai dengan salah satu pendapat yang ada, namun terdapat
pendapat ulama yang berlainan, si penanya berkata: “Apa dalil jawaban anda?“.
Jika dalilnya dijelaskan, si penanya pun membantah dalil tersebut, atau
ditentang dengan dalil lain, atau ia berkata “Sebagian ulama berkata
tidak demikian“, atau semacamnya. Oleh karena itu Allah Ta’ala berfirman:
“Bertanyalah kepada ahli dzikir jika engkau tidak tahu”(Q.S An-Nahl: 43)
Jika
sudah tahu, jangan bertanya. Karena anda sudah punya ilmunya, dan waktu seorang
mufti atau seorang penuntut ilmu itu dapat digunakan untuk kepentingan dan
kewajiban lain yang sangat banyak. Sehingga ia dapat menghemat waktu untuk
aktifitas yang lainnya. Bedakanlah antara bertanya untuk mengambil manfaat atau
untuk mengajari -padahal anda ketika bertanya berarti anda dalam kondisi
seseorang yang tidak tahu atau untuk mengajak diskusi.
Terakhir, inilah yang menjadi
opsi jawaban dari pertanyan pada judul tulisan ini. Opsi lainnya aku kembalikan
kepada para pembaca yang jauh lebih tahu dan mengerti. Aku hanya membagikan apa
yang sekiranya bermanfaat. Tidak ada sama sekali niat untuk menyindir siapa
pun. *Eh jadi curhat. Oke serius. Apakah banyak bertanya bisa membuat kita
sesat di jalan ? Nah! Oleh karena itu, merupakan adab dalam bertanya adalah
tidak bertanya kepada lebih dari satu orang alim untuk satu pertanyaan, karena
dapat berakibat membuang-buang waktu orang alim. Dan selanjutnya dapat
menyebabkan penanya kebingungan. Kebanyakan mereka berkata: “Saya sudah
lelah bertanya namun masih bingung. Mufti A berkata demikian, Mufti B berkata
demikian“. Kita katakan: “Anda yang salah dari awal. Karena anda
bertanya kepada lebih dari satu orang alim. Tanyalah kepada orang alim yang
anda percayai keilmuannya dan kebagusan agamanya. Ambillah fatwanya dan anda
pun tidak ada beban lagi di hadapan Allah. Karena yang Allah perintahkan kepada
anda adalah bertanya kepada ahli dzikir, dan anda telah melaksanakannya.
Janganlah menambah-nambah beban bagi diri anda”.
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan
kepadamu akan menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al Quran itu
diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu, Allah memaafkan (kamu) tentang
hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.”(Q.S Al Maaidah: 101).
Maha Benar Allah dengan segala
firman-Nya.
Wallahu ‘Alam Bishawab…