Senin, 30 Maret 2015

#KembalikanMediaIslam




Baru-baru ini beredar surat permintaan pemblokiran terhadap kurang lebih 19 situs Islam yang dianggap sebagai situs penggerak radikalisme/ simpatisan radikalisme, kepada  penyelenggara Internet Service Protocol (ISP). Tepat sore tadi (30/3), saya dikejutkan oleh pesan singkat yang mencengangkan. Oh! Mungkin tidak hanya saya, diantara pembaca pasti dapat pesan itu kan? Saya jadi teringat dengan tulisan, “Konon, ketika kabar baik baru menyebar beberapa kilometer, kabar buruk sudah melesat mengelilingi dunia.”

Hmm..Kira-kira pesannya seperti ini: “Ajakan twitmob dari Uni Fahira: Yth. Sahabat-sahabatku, bila tidak setuju dengan pembredelan Media Islam hari ini. Mari kita Twitmob bersama dari pukul 14.00 dengan twit dibawah ini atau dengan twit (atau hashtag) #Kembalikan MediaIslam…… dst.” Terakhir pesan itu menyebutkan 19 situs yang diajukan atas Ttd langsung dari Dirjen Aplikasi Informatika Kementrian Komunikasi Informatika untuk diblokir/dinonaktifkan/dibredel. Diantaranya saya sebutkan yang familiar di telinga ya…Yaitu: voa-islam.com, dakwatuna.com,  hidayatullah.com, kiblat.net, eramuslim.com, arrahmah.com. Dan Alhamdulillah, keenam situs tersebut masih bisa saya buka sampai detik menulis tulisan ini.

Pertama kali saya baca pesan yang saya dapat, saya tertegun sejenak. Berfikir,  siapa Uni Fahira itu? Loh? Saya gak kenal beliau! Apa si ini? Dua pesan yang sama dari teman saya yang mendarat di ponsel dan dalam waktu bersamaan! Saya langsung beralih ke facebook. Waw! Beranda sudah mulai ramai dengan hashtag #KembalikanMediaIslam. Begitu pesan ini seperti tumpahan air dalam gelas penuh yang terus diisi. Tak bisa dibendung. Dan saya ialah salah satu  dari sekian jutaan penerima pesan yang terkena percikannya. Masalahnya! Bukan masalah siapa yang share, siapa yang mengatakan. Pertama-tama ketika kita mendapat pesan semacam itu, cobalah cek dan ricek. Cari sampai dapat  sumber yang akurat. Jangan mudah terprovokasi. Diantara kita, bahkan baru tahu nama-nama situs Islami tersebut diatas setelah dapat pesan singkat itu. “Oh…ternyataaaa ada juga yaa situs Islami? Lumayan banyak juga ya!” atau desis kalimat lainnya. Atau bahkan langsung telan bulat-bulat. Buka sosmed, share, beres. Atau ada yang langsung naik pitam. Loh kok? La memang begitulah realita masyarakat kita. Mirip permainan estafet bukan?

Tapi banyak hikmahnya juga lho? Pertama, orang yang tidak tahu sama sekali dengan adanya situs/website islami, menjadi tahu. Gak cuma dapet pengetahuan satu, tapi 19 sekaligus! Kedua, saya terharu bertubi-tubi dengan kekompakkan kaum muslimin. Seujung kuku saja agama mereka diusik, mereka langsung berisik. Agaknya, tak peduli sekalipun berita bohong, tetap siapa pun ia langsung naik darah jika Islam dianggap rendah. Ketiga, berita semacam ini sangat mencubit kulit orang-orang muslim yang mati rasa tak tahu menahu, dan tak mau tahu tentang kondisi umat. Yang saat ini, butuh orang-orang yang tak hanya diam.

Oke selesai sudah membahas analisis kecil sebuah berita. Adapun tanggapan saya yang terlalu skeptis, itu memang sudah penyakit dan belum ada obatnya. Teringat pesan sahabat saya, “Bergeraklah dengan pemahaman.” Artinya, kita bergerak karena faham dengan  apa yang mau kita gerakkan, untuk apa, untuk siapa, apa gunanya, apa mudharatnya, dst. Langkah pertama cek dan ricek berita di atas (atau semacamnya), coba buka 19 situs di atas, apa benaaar sudah dibredel? Kalau tidak bisa dibuka, coba cek barangkali tulisan alamatnya ada yang keliru. Nah, langkah kedua, kita buka situs resmi Kementrian Komunikasi Informatika di kominfo.go.id. Kabar yang amat menyakitkan, ternyata berita  tersebut bukan hoax. Teman-teman bisa baca sendiri disana.

Dan daging dari tulisan ini, Ayo! Kita dukung terus media Islam! Oiya, saya jadi berfikir keras, seradikal apa 19 situs tersebut hingga mereka khawatir gerakan ISIS menyebar masif dari media-media itu? Menurut saya, justru beberapa media tersebut berkontribusi cukup besar membangun peradaban umat yang semakin tergilas modernisasi dan westernisasi. Pandangan mereka juga cenderung moderat. Kalau tidak ada mereka, siapa lagi?Oke.. Beberapa oknum mungkin terlalu takut Indonesia terbawa gerakan radikal ISIS. Bahkan rawan. Tapi hey! Dengan memblokir situs-situs islami yang kalian pandang radikal itu tidak akan menyelesaikan masalah! Dan cara nyata yang bisa kita lakukan saat ini adalah mengirimkan email penolakan untuk KOMINFO ke alamat: aduankonten@mail.kominfo.go.id. Sekiranya diperlukan informasi, bisa ke alamat: baht002@kominfo.go.id

Langkah selanjutnya, kita pantau terus! Kalau gak ngefek, oke! Ada berapa jumlah kita?  

Pages - Menu