Baru-baru ini beredar surat
permintaan pemblokiran terhadap kurang lebih 19 situs Islam yang dianggap sebagai
situs penggerak radikalisme/ simpatisan radikalisme, kepada penyelenggara Internet Service Protocol (ISP).
Tepat sore tadi (30/3), saya dikejutkan oleh pesan singkat yang mencengangkan. Oh!
Mungkin tidak hanya saya, diantara pembaca pasti dapat pesan itu kan? Saya jadi
teringat dengan tulisan, “Konon, ketika kabar baik baru menyebar beberapa
kilometer, kabar buruk sudah melesat mengelilingi dunia.”
Hmm..Kira-kira pesannya seperti
ini: “Ajakan twitmob dari Uni Fahira: Yth. Sahabat-sahabatku, bila tidak setuju
dengan pembredelan Media Islam hari ini. Mari kita Twitmob bersama dari pukul
14.00 dengan twit dibawah ini atau dengan twit (atau hashtag) #Kembalikan
MediaIslam…… dst.” Terakhir pesan itu menyebutkan 19 situs yang diajukan atas
Ttd langsung dari Dirjen Aplikasi Informatika Kementrian Komunikasi Informatika
untuk diblokir/dinonaktifkan/dibredel. Diantaranya saya sebutkan yang familiar
di telinga ya…Yaitu: voa-islam.com, dakwatuna.com, hidayatullah.com, kiblat.net, eramuslim.com,
arrahmah.com. Dan Alhamdulillah, keenam situs tersebut masih bisa saya buka
sampai detik menulis tulisan ini.
Pertama kali saya baca pesan yang
saya dapat, saya tertegun sejenak. Berfikir, siapa Uni Fahira itu? Loh? Saya gak kenal
beliau! Apa si ini? Dua pesan yang sama dari teman saya yang mendarat di ponsel
dan dalam waktu bersamaan! Saya langsung beralih ke facebook. Waw! Beranda
sudah mulai ramai dengan hashtag #KembalikanMediaIslam. Begitu pesan ini
seperti tumpahan air dalam gelas penuh yang terus diisi. Tak bisa dibendung.
Dan saya ialah salah satu dari sekian
jutaan penerima pesan yang terkena percikannya. Masalahnya! Bukan masalah siapa
yang share, siapa yang mengatakan. Pertama-tama ketika kita mendapat pesan
semacam itu, cobalah cek dan ricek. Cari sampai dapat sumber yang akurat. Jangan mudah terprovokasi.
Diantara kita, bahkan baru tahu nama-nama situs Islami tersebut diatas setelah
dapat pesan singkat itu. “Oh…ternyataaaa ada juga yaa situs Islami? Lumayan
banyak juga ya!” atau desis kalimat lainnya. Atau bahkan langsung telan
bulat-bulat. Buka sosmed, share, beres. Atau ada yang langsung naik pitam. Loh
kok? La memang begitulah realita masyarakat kita. Mirip permainan estafet
bukan?
Tapi banyak hikmahnya juga lho?
Pertama, orang yang tidak tahu sama sekali dengan adanya situs/website islami,
menjadi tahu. Gak cuma dapet pengetahuan satu, tapi 19 sekaligus! Kedua, saya terharu
bertubi-tubi dengan kekompakkan kaum muslimin. Seujung kuku saja agama mereka
diusik, mereka langsung berisik. Agaknya, tak peduli sekalipun berita bohong,
tetap siapa pun ia langsung naik darah jika Islam dianggap rendah. Ketiga,
berita semacam ini sangat mencubit kulit orang-orang muslim yang mati rasa tak
tahu menahu, dan tak mau tahu tentang kondisi umat. Yang saat ini, butuh
orang-orang yang tak hanya diam.
Oke selesai sudah membahas analisis
kecil sebuah berita. Adapun tanggapan saya yang terlalu skeptis, itu memang
sudah penyakit dan belum ada obatnya. Teringat pesan sahabat saya, “Bergeraklah
dengan pemahaman.” Artinya, kita bergerak karena faham dengan apa yang mau kita gerakkan, untuk apa, untuk
siapa, apa gunanya, apa mudharatnya, dst. Langkah pertama cek dan ricek berita
di atas (atau semacamnya), coba buka 19 situs di atas, apa benaaar sudah
dibredel? Kalau tidak bisa dibuka, coba cek barangkali tulisan alamatnya ada
yang keliru. Nah, langkah kedua, kita buka situs resmi Kementrian Komunikasi Informatika
di kominfo.go.id. Kabar yang amat menyakitkan, ternyata berita tersebut bukan hoax. Teman-teman bisa baca
sendiri disana.
Dan daging dari tulisan ini, Ayo!
Kita dukung terus media Islam! Oiya, saya jadi berfikir keras, seradikal apa 19
situs tersebut hingga mereka khawatir gerakan ISIS menyebar masif dari
media-media itu? Menurut saya, justru beberapa media tersebut berkontribusi
cukup besar membangun peradaban umat yang semakin tergilas modernisasi dan
westernisasi. Pandangan mereka juga cenderung moderat. Kalau tidak ada mereka,
siapa lagi?Oke.. Beberapa oknum mungkin terlalu takut Indonesia terbawa gerakan
radikal ISIS. Bahkan rawan. Tapi hey! Dengan memblokir situs-situs islami yang
kalian pandang radikal itu tidak akan menyelesaikan masalah! Dan cara nyata
yang bisa kita lakukan saat ini adalah mengirimkan email penolakan untuk
KOMINFO ke alamat: aduankonten@mail.kominfo.go.id.
Sekiranya diperlukan informasi, bisa ke alamat: baht002@kominfo.go.id.
Langkah selanjutnya, kita pantau
terus! Kalau gak ngefek, oke! Ada berapa jumlah kita?