Menyangkal apa yang dikatakan orang lain itu sangat
menyusahkan. Bagi sebagian orang akan memilih cuek ketika keadaan sekitar
hanya bisa memojokkan. Bukan soal yang
kuat bertahan dan yang lemah tersingkirkan; namun ayolah yang tahu persis diri
kita adalah kita. Bukan anda, dia atau mereka.
Mengharapkan penilaian yang baik dari orang ketika kamu tahu
nilaimu belum baik, itu sama saja kamu tertawa pura-pura, saat kamu berada
dalam dasar luka. Bagi saya tak ada yang lebih menyenangkan dari menjadi diri
sendiri di hadapan semua orang. Bahkan di hadapan Tuhan-ku senyumku adalah
senyum, marahku adalah marahku. Tidak pernah membungkus sakit dengan tertawa. Atau
membungkus tangis dengan senyum manis. Kemasannya memang terlihat baik. Tapi
ingatlah tak ada yang lebih menyakitkan di dunia ini dari mengemas luka dengan
kemasan tawa.
Katakan pada dirimu sendiri bahwa hal itu menghina! Kamu
menghina perasaanmu sendiri hanya demi penilaian orang lain yang tidak mengerti.
Mereka bahkan tak mengerti arti jeritan dalam diam. Lalu untuk apa kita diam
ketika kita betul-betul ingin menjerit. Jangan palsukan sebuah senyum yang
bahkan Nabi menghargai senyuman sebagai satu sedekah. Jangan palsukan sebuah
ramah tamah yang bahkan Nabi ajarkan kepada kita sebagai akhlakul karimah.
Tertawalah pada hal-hal yang memang pantas kita tertawakan.
Jangan tertawa pada saat semua orang menangis, bahkan di saat itu orang tak
pantas untuk tersenyum manis. Lalu jangan menangis ketika orang lain bahagia,
jangan tersenyum sinis kepada mereka
yang sedang gembira. Ketahuilah ketika kita menderita saat yang lain tersenyum
bahagia, kamu betul-betul harus memeriksa setiap jengkal hati yang mungkin
sudah tertempel noda.
Perjalanan hidup biarlah menjadi perjalanan hidup. Tapi
perasaan yang Tuhan anugerahkan untuk kita jangan pernah dipalsukan. Segala
sesuatu yang palsu itu sangat menyakitkan. Itu sebuah kejahatan batin yang
paling jahat. Tumbuhlah menjadi seorang yang jujur dengan perasaan yang jujur.
Milikilah sebuah ketulusan; sampai kamu betul-betul memilikinya. Jika lelah
mendapatkan ketulusan, teruslah kejar sampai rasa lelah itu lelah mengikutimu. Belajarlah
ketulusan dan belajarlah menjadi orang yang tulus. Jangan pernah berpura-pura demi
sebuah penilaian; Tuhan akan sangat membenci itu, kawan. J