Jangan terbalik! Melukai hati umat Islam, tidak sama seperti
kamu menginjak ekor kucing yang memberontak lalu pergi memaafkan. Atau bahkan
sebenarnya tidak memaafkan, kucing itu hanya bisa merasa nyeri sembari berharap
sembuh sendiri. Melukai hati umat Islam, hanya akan membuat seseorang itu jatuh
pada perkara yang tidak akan ada habisnya. Itu sama dengan kamu menggali lubang luka yang abadi. Ia akan tinggal dan mengendap di kepala; sulit untuk
dibersihkan dari ingatan.
Lihatlah Tanggal 4 November 2016 akan menjadi hari
kebangkitan umat Islam. Kenapa memakai kata “lihatlah”? Karena
sungguh, Bapak Gubenur DKI (yang sudah tidak aktif lagi) hatimu tidak akan
pernah bisa merasakan cedera hati kami. Memintamu untuk melihat saja (sebenarnya)
itu tidak cukup membayar luka. Apalagi ditambah pemerintah yang diam saja (begitu)?
Itu sungguh sangat melukai luka. Ayolah ini bukan sidang Jessica harus sampai
puluhan kali sampai vonis. Harus berapa kali lagi kami turun, menunggu massa
yang lebih besar kah? Di semua penjuru sudah merasa gerah, dimana sesungguhnya mau diletakkan
keadilan jika para pemimpin sudah tak mau lagi mendengarkan.
Mungkin Bapak Presiden ada di pihakmu. Beliau hanya mengatakan, “Boleh saja demo, yang penting jangan merusak dan anarkis”. Tolong Bapak Presiden Terhormat jangan menyeret bangsa kepada pemahaman yang salah mengenai anarkis, bahwa anarkis yang paling anarkis ialah pemerintah yang tidak berpihak kepada bangsa. Tahukah yang kami tunggu dengan penuh haru ketika Bapak Presiden Terhormat berani berbicara? Kami berharap ia mengatakan bahwa menghina kitab suci Al Quran adalah penghinaan keras #TangkapAhok. Oh! ternyata itu hanya mimpi kami di siang bolong.
Mungkin Bapak Presiden ada di pihakmu. Beliau hanya mengatakan, “Boleh saja demo, yang penting jangan merusak dan anarkis”. Tolong Bapak Presiden Terhormat jangan menyeret bangsa kepada pemahaman yang salah mengenai anarkis, bahwa anarkis yang paling anarkis ialah pemerintah yang tidak berpihak kepada bangsa. Tahukah yang kami tunggu dengan penuh haru ketika Bapak Presiden Terhormat berani berbicara? Kami berharap ia mengatakan bahwa menghina kitab suci Al Quran adalah penghinaan keras #TangkapAhok. Oh! ternyata itu hanya mimpi kami di siang bolong.
Merasa terhina; seperti kami dianggap anak-anak yang
dinasehati bapaknya, “Boleh main dengan landak berduri asal jangan disakiti
landaknya”. Logikanya, siapa yang dilukai dan siapa yang melukai. Jangan
terbalik! Padahal telah berkali-kali tubuh anaknya terluka karena durinya,
menangis dan mengadu, ayahnya masih saja bilang, “Boleh main dengan landak
berduri asal jangan disakiti landaknya”. Semua dibolak-balik.
Menanti tanggal 4 November, lebih dirindukan saat ini.
Dirindukan oleh media-media yang ikut merasakan luka, juga media-media yang
tidak paham apa itu luka. Menariknya, orang yang harusnya ikut sakit, justru
picik. Satu media tayangkan ratus ribu massa aksi, media lainnya menyoroti satu
sampah plastik yang tertinggal setelah aksi. Sudah nampak semuanya terbalik.
Pihak yang tersakiti selain dianggap mengganggu keamanan, sekarang dianggap
pula kami radikal dan garis keras. Sungguh itu sangat melukai luka.
Lucu sekali, nanti (katanya) akan diturunkan aparat keamanan
banyak sekali. Dan sekali-kali bolehlah tertawa miris melihat Negara ini. Rakyat
dianggap berbahaya. Pemimpin dzalim seperti mutiara yang terus dijaga.
Sudahlah, umat Islam sudah terlalu banyak disakiti. Kepada media, tolonglah jangan
disoroti lagi orang-orang yang tidak mengerti apa itu luka. Yang mengatakan kami
ancaman, yang mengatakan kami radikal. Sungguh itu sangat melukai luka yang
sudah terluka lalu dilukai lagi.