Jumat, 03 Maret 2017

Melatih Nurani



Jangan mudah sakit hati pada hal-hal kecil. Awalnya memang sulit melatih hati buat lebih lapang menerima hal-hal yang tidak sesuai norma alam yang kita harapkan. Hukum alam selalu bekerja dengan baik. Sebab akibat terus bergiliran dan kita mutlak untuk mengambil pelajaran. Contoh hal sederhana, saat kita menerima pesan/ chat dari orang lain, normanya ialah kita harus segera membalas pesan/ chat itu. Apalagi bagi anda yang memakai fitur otomatis tanda telah terbaca. Terlihat bagi pengirim pesan sudah dibaca, tapi tidak dibalas juga. Bahkan sampai berhari-hari, ibarat tanah sudah retak-retak. Seperti menunggu di saat kemarau panjang, tapi baru dibalas pas musim hujan. Lebih parahnya tidak ada balasan sama sekali. Sungguh seperti ingin berteriak di tengah hujan lebat, “Apa salah hamba”. :D

Beda lagi ya kalau kita kirim pesan kepada orang-orang yang memang sibuk. Tapi sebenarnya arti kata sibuk itu relatif. Presiden sesibuk apa pun kalau yang ngirim pesan itu istrinya pasti langsung dibalas. *hhe mungkin. Jadi sebenarnya ini soal prioritas. Gondok memang rasanya pesan kita diabaikan begitu saja. Apalagi kalau kasusnya ketika pesan kita belum dibalas juga, eh dia sempat-sempatnya ganti foto profil. Sungguh pengalaman pribadi yang memilukan.

Tapi dari sana kita bisa belajar juga mengabaikan. Abaikan lah, kalau pesan kita belum dibalas mungkin dia sedang sibuk. Atau mungkin inilah hadiah dari alam atas perbuatan kita yang mungkin pernah kurang menghargai orang lain. Hiburlah diri kita sebaik mungkin. Toh tidak ada salahnya berprasangka baik. Tidak perlu merasa rugi, tidak perlu merasa kepala kita sedang diinjak-injak, apalagi merasa harga diri kita dipermainkan. Tidak perlu sefrustasi itu, ini namanya terlalu didramatisir. Tumbuhkanlah perasaan yang baik karena kita adalah orang baik. J

Bicara soal norma, mau kita patuhi atau tidak, percayalah itu hanya akan kembali pada masing-masing kita. Bahwa setiap norma merupakan keputusan nurani yang harus kita latih agar tidak mati. Luar biasa alam ini menunjukkan sebab akibat yang gak jarang buat kita terhenyak mikir. Itu juga bagi yang mau mikirin J

Norma alam dipatuhi oleh kesadaran manusia itu sendiri. Misal, liat bunga di pinggir jalan, tangan bawaannya gatel pengen metik. Jangankan liat bunga, berdiri di pinggiran taman, tangan udah kayak terlatih gak kerasa nyabutin daun sambil ngobrol. Apalagi kalau sudah menyinggung tentang sampah, ini benar-benar harus mengetuk pintu nurani. Karena sekecil apa pun sampah, sampah tetaplah sampah; dan kesadaran untuk membuang sampah di tempat sampah adalah mutlak keputusan nurani. Norma alamnya apa? Ini namanya merusak. Boleh atau tidaknya, saya serahkan kepada nurani anda J

Norma yang dibuat manusia juga sebenarnya kembali kepada kesadaran kita. Pakai helm, peraturan lalu lintas, peraturan di tempat umum, dan seterusnya. Mau ada orang yang lihat atau tidak, mau ada polisi atau tidak, mau ada cctv atau tidak, peraturan tetap peraturan. Kembali pada kita, mau gak sih membuka diri untuk menerimanya. Bersediakah hati kita terbuka untuk merendah lebih rendah kepada ketaatan pada aturan manusia yang hakikatnya membawa kebaikan juga. Nurani perlu dilatih pada kepekaan yang baik, rawatlah agar ia tetap hidup berdetak sampai setiap detiknya menumbuhkan kebaikan-kebaikan. Karena aroma kebaikan akan dihirup juga oleh orang baik; dan semerbaknya tetap terjaga oleh orang-orang yang mau menjaga. J


Pages - Menu