Beda lagi ya
kalau kita kirim pesan kepada orang-orang yang memang sibuk. Tapi sebenarnya
arti kata sibuk itu relatif. Presiden sesibuk apa pun kalau yang ngirim pesan
itu istrinya pasti langsung dibalas. *hhe mungkin. Jadi sebenarnya ini soal
prioritas. Gondok memang rasanya pesan kita diabaikan begitu saja. Apalagi
kalau kasusnya ketika pesan kita belum dibalas juga, eh dia sempat-sempatnya
ganti foto profil. Sungguh pengalaman pribadi yang memilukan.
Tapi dari sana
kita bisa belajar juga mengabaikan. Abaikan lah, kalau pesan kita belum dibalas
mungkin dia sedang sibuk. Atau mungkin inilah hadiah dari alam atas perbuatan
kita yang mungkin pernah kurang menghargai orang lain. Hiburlah diri kita
sebaik mungkin. Toh tidak ada salahnya berprasangka baik. Tidak perlu merasa
rugi, tidak perlu merasa kepala kita sedang diinjak-injak, apalagi merasa harga
diri kita dipermainkan. Tidak perlu sefrustasi itu, ini namanya terlalu
didramatisir. Tumbuhkanlah perasaan yang baik karena kita adalah orang baik. J
Bicara soal
norma, mau kita patuhi atau tidak, percayalah itu hanya akan kembali pada
masing-masing kita. Bahwa setiap norma merupakan keputusan nurani yang harus
kita latih agar tidak mati. Luar biasa alam ini menunjukkan sebab akibat yang
gak jarang buat kita terhenyak mikir. Itu juga bagi yang mau mikirin J
Norma alam
dipatuhi oleh kesadaran manusia itu sendiri. Misal, liat bunga di pinggir
jalan, tangan bawaannya gatel pengen metik. Jangankan liat bunga, berdiri di
pinggiran taman, tangan udah kayak terlatih gak kerasa nyabutin daun sambil
ngobrol. Apalagi kalau sudah menyinggung tentang sampah, ini benar-benar harus
mengetuk pintu nurani. Karena sekecil apa pun sampah, sampah tetaplah sampah;
dan kesadaran untuk membuang sampah di tempat sampah adalah mutlak keputusan
nurani. Norma alamnya apa? Ini namanya merusak. Boleh atau tidaknya, saya
serahkan kepada nurani anda J
Norma yang
dibuat manusia juga sebenarnya kembali kepada kesadaran kita. Pakai helm,
peraturan lalu lintas, peraturan di tempat umum, dan seterusnya. Mau ada orang
yang lihat atau tidak, mau ada polisi atau tidak, mau ada cctv atau tidak,
peraturan tetap peraturan. Kembali pada kita, mau gak sih membuka diri untuk menerimanya. Bersediakah hati kita terbuka
untuk merendah lebih rendah kepada ketaatan pada aturan manusia yang hakikatnya
membawa kebaikan juga. Nurani perlu dilatih pada kepekaan yang baik, rawatlah agar
ia tetap hidup berdetak sampai setiap detiknya menumbuhkan kebaikan-kebaikan.
Karena aroma kebaikan akan dihirup juga oleh orang baik; dan semerbaknya tetap
terjaga oleh orang-orang yang mau menjaga. J