Minggu, 31 Agustus 2014

Rumus Cahaya Ilmu


-Mari Menggapai Dua Cahaya-Nya-
                                                 
“Barang siapa bertambah cahaya ilmunya tapi tidak bertambah cahaya hidayah, niscaya ia hanya sedang berjalan semakin jauh dari Allah” –Nasehat-

Dikisahkan suatu waktu Imam Al-Syafi’i pernah mengeluh tentang hafalannya yang buruk kepada gurunya. Kemudian sang guru menjawab, “Tinggalkanlah maksiat! Karena ilmu itu ibarat cahaya dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang berbuat maksiat”.

Ada satu kisah lagi yang penulis pinjam dari Buku “Jika Aku Masih Hidup Esok Hari” karya A. Dastghib. Satu kisah menarik tentang seorang guru yang kemudian buta huruf. Mengapa? Kenapa bisa? Pertanyaan yang bagus. Jadi begini, dikisahkan sekitar 50 tahun silam, ada seorang guru yang alim mengajar di Masjid Masyir Al Malik di Kota Syiraz, Iran. Ia terkenal karena keluasan pengetahuannya, kekuatan hafalannya, dan ketinggian kedudukannya dalam ilmu dan keutamaan. Suatu pagi, ia bangun. Tiba-tiba saja, didapati dirinya telah lupa dengan semua hafalannya. Bahkan ketika ia hendak mendirikan shalat Subuh, ia juga lupa dengan bacaan Surat Al Fatihah. Keadaan ini terus berlanjut hingga ia meninggal dunia.

Berkenaan dengan ini, Rasulullah SAW mengingatkan kita bahwa ketinggian dalam tangga ilmu dan makrifat, tidak dapat dinaiki dengan banyaknya ilmu pengetahuan. Melainkan karena cahaya yang dimasukkan ke dalam hati siapa saja yang dikehendaki-Nya. Maka tegaslah sudah bahwa ilmu merupakan cahaya. Satu hal lagi yang perlu dicatat dari kisah di atas. Bahwa ketika suatu waktu kita lupa dengan ilmu atau hafalan yang sudah dihafal, maka hakikatnya kita bukan lupa, melainkan di-lupa-kan oleh Allah. Allah lah yang membuat kita lupa. Karena hanya  Allah sang pemilik ilmu. Dia lah Sang Pemilik Cahaya. Bukan kita!

Kembali ke awal bahwa,“Barang siapa bertambah cahaya ilmunya tapi tidak bertambah cahaya hidayah, niscaya ia hanya sedang berjalan semakin jauh dari Allah”. Lalu setelah kita dianugerahi cahaya Ilmu-Nya, bagaimanakah cara agar kita mendapatkan dua cahaya sekaligus? Yakni cahaya Hidayah-Nya? Maka salah satu upaya yang bisa kita lakukan adalah mengikuti nasehat guru Imam Syafi’i. Yakni meninggalkan maksiat. Agar cahaya ilmu yang telah Allah anugerahkan kepada kita tidak berubah menjadi pekat oleh maksiat. Juga tidak ternoda karena tumpukan dosa.

Tidakkah kita hanya sedang merugi jika ilmu yang dititipkan-Nya kepada kita hanya mengantarkan hati semakin jauh dari  Allah? Naudzubillahi min dzalik. 

Pages - Menu