Verba Volant, Scripta Manent
Yang Terucap Menguap, Yang
Tertulis Abadi
Bismillahirrahmanirrahim…Pada
awal pertemuan Forum Lingkar Pena, kami diberi kesempatan untuk merenggut ilmu
dari seorang Akmal Sjafril. Sungguh pengalaman emas bisa bertatap muka
dengan beliau. Tertanggal 11 Mei 2014, di Ruang IKK IPB semua itu berlangsung.
Ternyata sudah 8 bulan yang lalu pemirsah! Walaupun sudah cukup lama,
InsyaAllah kalau yang namanya ilmu itu tidak mengenal alot. J *asiiik.
Penulis aliran non fiksi yang
memulai karirnya dari blog ini, sungguh mengagumkan. Beliau mampu membuat 700
artikel di blog hanya dalam jangka 5 tahun. Karena sesungguhnya tidak ada yang
namanya keajaiban. Segala sesuatunya butuh usaha yang berdarah-darah. Tidak ada
yang instant. Satu hal yang membuat kami tertawa terpingkal saat beliau dengan
gaya santainya mengatakan, “Jangan pernah mengharapkan keajaiban. Baru membuat
1 novel saja tapi ekspektasinya ingin langsung terkenal seperti Asma Nadia.” J
Memberi makna pada karya. Itulah
tema yang beliau sampaikan pada hadirin. Beliau mengurai silsilah sederhana
namun sarat makna. Bahwa asal muasal sebuah karya adalah Iman. Dan kita semua
tahu bahwa definisi Iman adalah diyakini oleh hati, diucapkan oleh lisan, dan
dibuktikan lewat perbuatan. Nah, banyak sekali poin-poin dari cabang perbuatan
diantaranya adalah karya tulis. Menurut beliau karya tulis yang baik adalah
yang sejalan dengan keyakinan, iman. Adapun mekanisme lahirnya sebuah karya
adalah banyaknya observasi dan analisis. Yang kemudian itu semua akan
menentukan kuantitas output (hasil).
Untuk wilayah tulisan nonfiksi,
beliau menekankan agar sebanyak-banyaknya kita mengumpulkan referensi. Artinya,
kita harus banyak membaca. Dengan itu otomatis analisis kita akan berkembang
dan semakin kaya. Tapi sebenarnya ini berlaku untuk semua wilayah tulisan. Jika
genremu adalah menulis fiksi seperti novel, cerpen, puisi, dan lain-lain,
membaca akan selalu dibutuhkan. Bahkan itu yang akan menjadi tolak ukur
kualitas tulisan kamu nantinya. Penulis yang akrab disapa Kang Akmal tersebut,
menyatakan bahwa jika kau ingin menjadi penulis yang baik, maka jadilah pembaca
yang rakus. Bahkan bagi yang belum mengenal apa sih passion kamu itu? Hanya dengan banyak membaca
lah, InsyaAllah bisa kamu temukan. Pun dengan rakus membaca, semakin lama feeling
kita akan terasah.
Next. Iringilah membaca dengan
menulis. Ibarat membaca adalah makan, maka menulis itu adalah buang air besar.
Keduanya wajib dilakukan guys! Bahkan menulis menurut sebagian orang adalah
suatu terapi yang membahagiakan. Menulis bisa mengurangi seseorang dari rasa
stress. Tapi….apa siii, yang mesti kita tulis itu? Beliau mengatakan bahwa
menulislah sesuai passion yang kamu miliki. Pun jika kamu bertanya
seperti tadi, maka jawabannya adalah semua tergantung dari bacaan kamu. Karena
ibarat sebuah wadah, maka ia tidak akan bisa menuangkan yang bukan isinya. Kang
Akmal juga mengingatkan untuk menancapkan motivasi terbesar kita sebagai
penulis muslim ialah untuk mewariskan ilmu.
Janganlah menulis sesuatu yang
kamu tidak peduli akan hal itu. Atau jangan pula menulis sesuatu yang orang
lain sudah tahu. Carilah angel atau sudut pandang yang menarik. Temukanlah
gayamu dalam menulis nonfiksi, apakah passionmu itu menggunakan gaya emosional
atau ilmiah? Keduanya sah-sah saja asalkan kamu tetap konsisten dengan gaya
itu. J
Bagi kamu yang masih bingung
untuk memulai menulis, mulailah dengan memanfaatkan media sosial yang saat ini
kian menjamur. Motivasikan dirimu menulis untuk menyampaikan sesuatu. Dan perlu
kita garis bawahi bahwa jangan pernah kita menulis karena motivasi uang.
Anggaplah itu hanya bonus dan bukan sebuah
prioritas. Hm….banyak sekali ternyata pesan-pesan beliau itu yaaa. Oiya.
Terakhir beliau menyampaikan bahwa keliru jika seorang penulis itu selalu
identik dengan plagiat atau jiplak. Kita mesti membedakan antara plagiat dan
terinspirasi. Plagiat mutlak harus dihindari. Sedangkan terinspirasi itu tidak
bisa dicegah. Karena pada hakikatnya kita tidak bisa menciptakan. J
Ada satu kata mutiara lagi
sebagai penutup tulisan ini.“Berhentilah menjadi orang awam, karena kita
adalah pembelajar dan pengamat sejati.” -Kang Akmal Sjafril-
Sekian dan terima cinta… J
Wassalam.