Rabu, 31 Mei 2017

Kiprah API Jabar Memperjuangkan Keadilan

Kerua API Jabar Asep Syaripudin

Meresapi Arti Perjuangan

Hari itu adalah tepat hari dimana sidang ke-13 kasus penodaan agama Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok digelar. Kelopak mata ini rasanya tidak bisa diangkat terlalu tinggi, mengingat panas sangat terik menembus hingga ke tulang. Barangkali ini yang dinamakan ujian perjuangan, karena mungkin setiap bulir keringat perjuangan membela agama Allah akan menjadi saksi di hari perhitungan. Sejak pagi, ratusan massa kontra Ahok masih berorasi. Pantulan suaranya menyeruak hingga ke langit-langit Gedung Kementrian Pertanian (Kementan), Pasar Minggu Jakarta Selatan, (7/3/2017). Tujuan mereka ialah menyerukan agar Ahok segera ditahan atas perbuatannya yang telah melecehkan Al Quran dan Ulama. Rupanya sakit hati umat Islam belum sepenuhnya pulih sampai keadilan benar-benar ditegakkan. Bahwa bukankah memang sudah selayaknya Ahok dipenjarakan?

Berbagai macam elemen Organisasi Masyarakat (Ormas) merapat ke depan Gedung Kementan mengawal sidang Ahok yang rasanya terlalu berlarut-larut. Setiap pekan, mereka datang membawa panji-panji perjuangan dan semangat yang tidak pernah redam. Di antaranya ialah Aliansi Pergerakan Islam Jawa Barat (API Jabar) yang tidak pernah absen mengawal persidangan. Satu hari sebelum hari H, API Jabar telah mengumpulkan massa di Pusdai Jabar Bandung sekitar pukul 23.00 WIB. Kemudian mereka berangkat ke Ibu Kota dan turut serta melaksanakan Shalat Subuh berjamaah dan syuro di Masjid Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Sekitar pukul 09.00 WIB sidang digelar, sementara itu para ormas Islam tetap setia mengawal dari luar gedung. Satu per satu perwakilan ormas terus berorasi. Tidak peduli terik matahari membakar kulit, tidak peduli cucuran keringat melumuri setiap jarak pori-pori, tidak peduli kumpulan aparat mengawasi, dengan gagah berani mereka berteriak “Pen jara kan A hok!”.

Saat-saat itulah momen paling dramatis aparat kepolisian terus menjaga massa dengan kawat berduri hampir setinggi 1,5 meter. Sisi terbaiknya ialah agaknya massa tidak menguras energi terlalu banyak para polisi dengan tidak menerobos kawat berduri. Sisi menyakitkannya mungkin, perjuangan mengobati luka di hati umat justru dipagari dengan pagar yang sangat berpotensi melukai badan. Adakah terlihat dari wajah mereka berhasrat melukai luka? Inilah kekuatan luka umat yang dicederai oleh Ahok. Bahwa setiap huruf Al Quran yang dilecehkan menjadi jantung yang memompa darah semangat perjuangan mereka. Juga keadilan yang saat ini didambakan adalah detak dan detik yang terus bergerak dinamis.

Bagaimana API Jabar Bisa Lahir?

Masih ingat kasus perzinaan dan pornografi seorang musisi asal Bandung dengan dua aktris publik figur yang mencuat di media 6 tahun lalu? Juga menjadi yurisprudensi dan keputusan fenomenal dalam sejarah hukum di Indonesia, ada pasangan yang berzina suka sama suka tapi bisa dihukum. Tidak bermaksud memungut sisa-sisa ingatan aib itu tapi yang mungkin hampir luput dari ingatan, bahkan mungkin kita tidak tahu siapa superhero di baliknya. Bahwa API Jabar lah salah satu pihak yang ada di balik kesuksesan sidang kasus perzinaan itu. Mereka yang mengundang berbagai elemen, memberikan surat pemberitahuan kepada kepolisian, mengawal dua kali sidang setiap pekan menjelang vonis dan Alhamdulillah dengan forum itu, kemudian musisi ternama itu divonis 3,5 tahun.

Menjelang akhir sidang, berbagai elemen Ormas, mahasiswa sampai Organisasi Kepemudaan (OKP) melahirkan kesepahaman bersama untuk membentuk forum bersama yang kemudian diberi nama Aliansi Pergerakan Islam Jabar supaya lebih terkoordinir. Kemudian terpilih Ustaz Asep Syaripudin sebagai koordinatornya. Kelahiran API Jabar dari rahim Ibu Pertiwi membawa magnet azzam perjuangan umat Islam di Indonesia saat ini. Walaupun usianya masih sangat muda, jauh dibandingkan Front Pembela Islam (FPI) yang lahir sejak tahun 98, justru API lahir pada Bulan Muharram tahun 2011 silam.

Pergerakan API Jabar tidak berhenti sampai disini. Kiprahnya mengawal persidangan berlanjut pada kasus mempraperadilan Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi, pada tahun 2013. “Jadi di daerah Kranggan, Kecamatan Jatisampurna Bekasi, ada Gereja Kalamiring, gereja liar, kemudian mendapatkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dari Pemkot Bekasi. Lalu masyarakat protes terhadap IMB itu dan mendaftarkan kasus tersebut ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)  Bandung. Kemudian kita dampingi, setiap pekan sidangnya kita back up dari Bekasi. Sampai pada akhirnya PTUN Bandung membatalkan IMB yang diterbitkan Pemkot Bekasi”, ujar Ustaz Asep Syaripudin yang kami temui usai shalat dzuhur berjamaah di Masjid Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (7/3/2017).

Kenapa API Jabar Selalu Setia Mengawal Sidang Ahok?

Dari sisi mentalitas, API Jabar sudah memiliki pengalaman mengawal dua kali sidang kasus dan menang. Yang kedua, bahwa API ini menginginkan tegaknya Al Maidah Ayat 51 terutama di Kota Jakarta. API Jabar tidak main-main bahwa ending daripada perjuangan ini diharapkan minimal Ahok itu harus divonis penjara minimal 5 tahun, atas pelanggaran pasal 156a. “Jangankan 13 sidang, mau puluhan pun Insyaallah, kita akan hadir terus.”, tegas Ustaz Asep. Disebutkan bahwa jika dianggap perlu pada 19 April 2017 mendatang, API Jabar akan  membantu terkait pemenangan gubernur muslim putaran kedua di Jakarta.

Lahir sebagai forum gabungan dari berbagai ormas dan dibidani oleh sekitar 40 pergerakan Islam di Jabar, API mempunyai ide besar. Tidak hanya sebagai gerakan yang menyikapi kejadian-kejadian di masyarakat, API ingin membangun peradaban Islam di Jabar. Mengingat sebanyak 97% warga di Jabar adalah Muslim. Hal ini yang kemudian menjadikan Jabar sebagai basis sejumlah Gerakan Islam. Seperti yang kita tahu Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang basisnya di Depok Jabar. Kemudian Hizbut Tahrir yang basisnya di Bogor dan FPI dilahirkan di Petamburan tapi massa terbesarnya ada di Jabar. Nah, artinya bahwa respon masyarakat Jabar terhadap  gerakan Islam itu sangat bagus.

Hal ini yang membuat API berpikir untuk melahirkan gagasan secara kultural. Salah satunya ialah dengan merekrut laskar dan menjadikan masjid sebagai basis. Diawali dengan gerakan Shalat Subuh berjamaah, dan API mengklaim sudah melaksanakan gagasan Shalat Subuh berjamaah itu sebelum Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI). “Kalau GNPF itu kan tanggal 12 Desember, kita sudah memprakarsai itu sejak 17 Agustus”, ujar Ustaz Asep. API bukan organisasi tingkat Jabar yang hanya ruang lingkupnya di Jawa Barat, tapi API adalah organisasi yang identitasnya di Jabar yang Insyaallah ikut bersama-sama mewujudkan Islam di seantero dunia. “Kan agendanya tsumma takuunu khilafatan ‘ala minhaaji nubuwwah. Jadi itu ide besarnya”, tutupnya sembari tersenyum.

Sidang Ahok masih berlanjut, tidak terprediksi kapan perjuangan mengobati luka umat ini berujung. Tapi satu yang mutlak, kata Hamka bahwa “Adil adalah menimbang yang sama berat, menyalahkan yang salah dan membenarkan yang benar”. Di tengah orasi ormas Islam yang diselingi takbir, tampak kubu pro Ahok berseragam kotak-kotak tidak kalah setia mengawal sidang Ahok. Beberapa kali mereka orasi diselingi musik pop dan etnik. Diperkirakan jarak keduanya 200 sampai 300 meter. Akhirnya kami mengerti kenapa polisi memagari mereka dengan kawat berduri. Walaupun tidak sepenuhnya berani menghampiri kubu kotak-kotak,  kami melalui kawasan mereka dan satu kekuatan luka bertambah saat mendengar mereka berteriak “Bubarkan FPI!”. 

*Late Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages - Menu