Kerua API Jabar Asep Syaripudin
Meresapi Arti Perjuangan
Hari itu adalah
tepat hari dimana sidang ke-13 kasus penodaan agama Basuki Tjahaja Purnama atau
Ahok digelar. Kelopak mata ini rasanya tidak bisa diangkat terlalu tinggi, mengingat
panas sangat terik menembus hingga ke tulang. Barangkali ini yang dinamakan ujian
perjuangan, karena mungkin setiap bulir keringat perjuangan membela agama Allah
akan menjadi saksi di hari perhitungan. Sejak pagi, ratusan massa kontra Ahok masih
berorasi. Pantulan suaranya menyeruak hingga ke langit-langit Gedung Kementrian
Pertanian (Kementan), Pasar Minggu Jakarta Selatan, (7/3/2017). Tujuan mereka
ialah menyerukan agar Ahok segera ditahan atas perbuatannya yang telah
melecehkan Al Quran dan Ulama. Rupanya sakit hati umat Islam belum sepenuhnya
pulih sampai keadilan benar-benar ditegakkan. Bahwa bukankah memang sudah
selayaknya Ahok dipenjarakan?
Berbagai macam
elemen Organisasi Masyarakat (Ormas) merapat ke depan Gedung Kementan mengawal
sidang Ahok yang rasanya terlalu berlarut-larut. Setiap pekan, mereka datang
membawa panji-panji perjuangan dan semangat yang tidak pernah redam. Di antaranya
ialah Aliansi Pergerakan Islam Jawa Barat (API Jabar) yang tidak pernah absen
mengawal persidangan. Satu hari sebelum hari H, API Jabar telah mengumpulkan
massa di Pusdai Jabar Bandung sekitar pukul 23.00 WIB. Kemudian mereka
berangkat ke Ibu Kota dan turut serta melaksanakan Shalat Subuh berjamaah dan
syuro di Masjid Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Sekitar pukul 09.00 WIB sidang
digelar, sementara itu para ormas Islam tetap setia mengawal dari luar gedung.
Satu per satu perwakilan ormas terus berorasi. Tidak peduli terik matahari
membakar kulit, tidak peduli cucuran keringat melumuri setiap jarak pori-pori,
tidak peduli kumpulan aparat mengawasi, dengan gagah berani mereka berteriak
“Pen jara kan A hok!”.
Saat-saat itulah
momen paling dramatis aparat kepolisian terus menjaga massa dengan kawat
berduri hampir setinggi 1,5 meter. Sisi terbaiknya ialah agaknya massa tidak menguras
energi terlalu banyak para polisi dengan tidak menerobos kawat berduri. Sisi
menyakitkannya mungkin, perjuangan mengobati luka di hati umat justru dipagari
dengan pagar yang sangat berpotensi melukai badan. Adakah terlihat dari wajah
mereka berhasrat melukai luka? Inilah kekuatan luka umat yang dicederai oleh
Ahok. Bahwa setiap huruf Al Quran yang dilecehkan menjadi jantung yang memompa
darah semangat perjuangan mereka. Juga keadilan yang saat ini didambakan adalah
detak dan detik yang terus bergerak dinamis.
Bagaimana API Jabar Bisa Lahir?
Masih ingat
kasus perzinaan dan pornografi seorang musisi asal Bandung dengan dua aktris
publik figur yang mencuat di media 6 tahun lalu? Juga menjadi yurisprudensi dan
keputusan fenomenal dalam sejarah hukum di Indonesia, ada pasangan yang berzina
suka sama suka tapi bisa dihukum. Tidak bermaksud memungut sisa-sisa ingatan
aib itu tapi yang mungkin hampir luput dari ingatan, bahkan mungkin kita tidak
tahu siapa superhero di baliknya. Bahwa API Jabar lah salah satu pihak yang ada
di balik kesuksesan sidang kasus perzinaan itu. Mereka yang mengundang berbagai
elemen, memberikan surat pemberitahuan kepada kepolisian, mengawal dua kali sidang
setiap pekan menjelang vonis dan Alhamdulillah dengan forum itu, kemudian
musisi ternama itu divonis 3,5 tahun.
Menjelang akhir
sidang, berbagai elemen Ormas, mahasiswa sampai Organisasi Kepemudaan (OKP)
melahirkan kesepahaman bersama untuk membentuk forum bersama yang kemudian
diberi nama Aliansi Pergerakan Islam Jabar supaya lebih terkoordinir. Kemudian
terpilih Ustaz Asep Syaripudin sebagai koordinatornya. Kelahiran API Jabar dari
rahim Ibu Pertiwi membawa magnet azzam
perjuangan umat Islam di Indonesia saat ini. Walaupun usianya masih sangat
muda, jauh dibandingkan Front Pembela Islam (FPI) yang lahir sejak tahun 98,
justru API lahir pada Bulan Muharram tahun 2011 silam.
Pergerakan API
Jabar tidak berhenti sampai disini. Kiprahnya mengawal persidangan berlanjut pada
kasus mempraperadilan Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi, pada tahun 2013. “Jadi
di daerah Kranggan, Kecamatan Jatisampurna Bekasi, ada Gereja Kalamiring, gereja
liar, kemudian mendapatkan Izin Mendirikan
Bangunan (IMB) dari Pemkot Bekasi. Lalu masyarakat protes terhadap IMB
itu dan mendaftarkan kasus tersebut ke Pengadilan
Tata Usaha Negara (PTUN) Bandung.
Kemudian kita dampingi, setiap pekan sidangnya kita back up dari Bekasi. Sampai pada akhirnya PTUN Bandung membatalkan
IMB yang diterbitkan Pemkot Bekasi”, ujar Ustaz Asep Syaripudin yang kami temui
usai shalat dzuhur berjamaah di Masjid Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
(7/3/2017).
Kenapa API Jabar Selalu Setia Mengawal
Sidang Ahok?
Dari sisi
mentalitas, API Jabar sudah memiliki pengalaman mengawal dua kali sidang kasus
dan menang. Yang kedua, bahwa API ini menginginkan tegaknya Al Maidah Ayat 51
terutama di Kota Jakarta. API Jabar tidak main-main bahwa ending daripada perjuangan ini diharapkan minimal Ahok itu harus
divonis penjara minimal 5 tahun, atas pelanggaran pasal 156a. “Jangankan 13
sidang, mau puluhan pun Insyaallah, kita akan hadir terus.”, tegas Ustaz Asep.
Disebutkan bahwa jika dianggap perlu pada 19 April 2017 mendatang, API Jabar
akan membantu terkait pemenangan
gubernur muslim putaran kedua di Jakarta.
Lahir sebagai
forum gabungan dari berbagai ormas dan dibidani oleh sekitar 40 pergerakan
Islam di Jabar, API mempunyai ide besar. Tidak hanya sebagai gerakan yang
menyikapi kejadian-kejadian di masyarakat, API ingin membangun peradaban Islam
di Jabar. Mengingat sebanyak 97% warga di Jabar adalah Muslim. Hal ini yang
kemudian menjadikan Jabar sebagai basis sejumlah Gerakan Islam. Seperti yang
kita tahu Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang basisnya di Depok Jabar. Kemudian
Hizbut Tahrir yang basisnya di Bogor dan FPI dilahirkan di Petamburan tapi
massa terbesarnya ada di Jabar. Nah, artinya bahwa respon masyarakat Jabar
terhadap gerakan Islam itu sangat bagus.
Hal ini yang
membuat API berpikir untuk melahirkan gagasan secara kultural. Salah satunya
ialah dengan merekrut laskar dan menjadikan masjid sebagai basis. Diawali
dengan gerakan Shalat Subuh berjamaah, dan API mengklaim sudah melaksanakan
gagasan Shalat Subuh berjamaah itu sebelum Gerakan Nasional Pengawal Fatwa
Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI). “Kalau GNPF itu kan tanggal 12 Desember, kita
sudah memprakarsai itu sejak 17 Agustus”, ujar Ustaz Asep. API bukan organisasi
tingkat Jabar yang hanya ruang lingkupnya di Jawa Barat, tapi API adalah
organisasi yang identitasnya di Jabar yang Insyaallah ikut bersama-sama
mewujudkan Islam di seantero dunia. “Kan agendanya tsumma takuunu khilafatan ‘ala minhaaji nubuwwah. Jadi itu ide
besarnya”, tutupnya sembari tersenyum.
Sidang Ahok
masih berlanjut, tidak terprediksi kapan perjuangan mengobati luka umat ini
berujung. Tapi satu yang mutlak, kata Hamka bahwa “Adil adalah menimbang yang
sama berat, menyalahkan yang salah dan membenarkan yang benar”. Di tengah orasi
ormas Islam yang diselingi takbir, tampak kubu pro Ahok berseragam kotak-kotak
tidak kalah setia mengawal sidang Ahok. Beberapa kali mereka orasi diselingi
musik pop dan etnik. Diperkirakan jarak keduanya 200 sampai 300 meter. Akhirnya
kami mengerti kenapa polisi memagari mereka dengan kawat berduri. Walaupun
tidak sepenuhnya berani menghampiri kubu kotak-kotak, kami melalui kawasan mereka dan satu kekuatan
luka bertambah saat mendengar mereka berteriak “Bubarkan FPI!”.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar