Aku sebenarnya bukan perempuan yang terbilang pemberani. Selain
kadang aku suka tiba-tiba bodoh jika dihadapan khalayak. Aku pun seorang
penakut akut kalau kemana-mana sendirian. Apalagi di Jakarta??
Tanggal 26-29 Agustus 2014 yang lalu. Aku menghabiskan waktu
libur panjang kuliahku di Manggarai Jakarta Selatan. Tepatnya di daerah Pasar
Rumput. Ya…walaupun hanya empat hari aku disana. Hhhee. Sangat terasa manis,
asam, asin dan pahit Kota Jakarta. Kakakku yang kebetulan tinggal disana harus
pindah bersama kami lagi di Bogor, karena kakak iparku (suaminya) ditugaskan
kerja di Pekanbaru Riau.
Setelah sarapan, kami selalu bergegas membereskan dan membungkus
barang-barang yang akan dibawa pindah
nanti. Ya memang sebenarnya itulah tujuanku diutus ke Jakarta, tidak lain untuk
membantu kakakku packing. Karena
kebetulan kakak laki-lakiku juga masih sibuk dengan pekerjaannya. Kerabat
laki-laki pun terbilang jauh (tempatnya). Sedang suaminya telah lebih dahulu
terbang ke Utara Pulau Sumatera sana sekitar satu pekan yang lalu.
Untungnya, aku tak berangkat sendirian ke tempat kakakku itu.
Aku ditemani umi dan keponakanku yang baru berusia 10 bulan. Walaupun sebenarnya
sudah lebih dari tiga kali aku pulang pergi Bogor-Jakarta seorang diri. Tapi
tetap saja masih suka deg-degan. Orang yang paling mengerikan di hidupku itu
cuma dua. Pertama orang gila, kedua adalah laki-laki yang tidak aku kenal.
Apalagi yang gayanya mirip preman. *Hoaah.. aku bisa mati gemetaran di tempat.
*Uh.
Sayangnya mereka harus pergi lagi. Tepat tanggal 27 umi dan
keponakanku itu pulang ke Bogor. Karena kakakku masih kerja sampai tanggal yang
sama dan untuk terakhir kalinya. Pagi itu, aku mengantarkan umi sendirian sampai
depan gang jalan. Karena kakakku masih kerja hari itu *pulang sore. Dalam hati
aku menggerutu, kenapa pula umi memilih jalan ini. Jalan yang belum begitu aku
hafal. Tapi aku mencoba mengingat setiap belokan dan tanda-tanda lain agar
ketika kembali lagi aku masih bisa ingat. Tentu ini tak semudah gang yang biasa
aku lewati sebelumnya. Dan tepat saja perasaan burukku itu berubah menjadi
kenyataan. Tepat kami melewati satu gang pertama. Kami dihadapkan dengan
sekitar 6 atau 7 laki-laki*menurut
perhitunganku. Mereka sedang duduk dan ada juga yang berdiri. Oh Tuhan….
Rasanya ada yang memukul dadaku tepat di jantungku. Seolah sekejap berhenti
berdegap. Aku lemas.
Kamu tahu mereka sedang apa? Mungkin ini yang mereka sebut
nge-fly. Ah entahlah cairan apa yang dimasukkan ke dalam aliran darah mereka.
Seolah mereka begitu menikmatinya! Suntikan-suntikan itu begitu jelas tertangkap
oleh mata kami. Mungkin ini yang mereka bilang surga dunia? Tak tahulah aku.
Akhirnya, umi memecah kebekuan. Umi dengan cekatan meminta izin
lewat sembari senyum. Entahlah senyum apa yang umi berikan untuk mereka. Sedang
aku masih menggigil ketakutan di belakang punggungnya. Ah, bolehlah aku mengatakan
ini suatu kesialan? Karena beberapa menit lagi aku yang akan menghadapi mereka
sendirian.*Tarik nafas pelan-pelan.
Oh.. mengerikan sekali Jakarta buatku ini. Menuju jalan pulang
ke rumah pun laki-laki terus menatapku tidak sopan! *segini pakai kerudung. Ya,
apa mereka tidak pernah belajar PKN waktu SD dulu? Aku membuang wajahku
jauh-jauh ke aspal. Dan kakiku terus bergegas menuju jalan tadi. Aku
benar-benar takut tingkat kecamatan. Sampai aku tidak kepikiran kalau aku bisa
memilih jalan lain untuk pulang.Ya. Jalan yang biasa aku lewati. Akibat panikku
yang berlebihan, jadi kurang cerdas.*OH..Tolong aku Ya Allah.
Satu, Dua, Tiga langkah lagi aku akan menghadapi orang-orang
nge-fly tadi. Pikiranku meliar, bagaimana kalau sekelompok orang itu berbuat
jahat padaku. Menarik paksa kedua lenganku, lalu mereka tertawa sambil
menusuk-nusukkan benda haram itu ke aliran darahku. Lalu seketika aku mati.
Atau setidaknya masih sekarat dan dilarikan ke rumah sakit oleh warga sekitar.
Dengan mulut penuh busa, kejang-kejang, dan mata melotot. *Issh..Bodohnya aku
tak sempat berfikir untuk apa mereka berbagi kenikmatan mereka padaku, yang
mereka dapatkan dengan uang yang tidak sedikit menurutku.
Dan Oh My God.. ternyata oh ternyata jarak mereka justru lebih
mendekat ke arah rumah kakakku itu. Bismillah, aku tundukkan kepala sedikit,
aku anggukkan pelan. Lalu dengan suara setengah tersekat, aku ucapkan,
“Permisi…”. Aku sempat saling menatap dengan dua pemuda di antara mereka. Mata
mereka sungguh sayu. Suara mereka pun seperti orang mabuk miras *seperti yang
aku lihat di sinetron. Mereka berdua tersenyum padaku dan memberikan salam. Ya,
salam. Dan aku sama sekali tak menghiraukan.
Singkat episode, esoknya aku diajak jalan-jalan oleh kakakku. Ini
yang aku sebut manis. Apalagi kita pulang ke rumah malam hari, terlihat indah
sekali Kuningan itu. Pahitnya itu ya,
kejadian yang aku ceritkan sebelumnya. Asinnya?You know lah… yang rasanya asin
selain upil, air mata, dan ingus, apa coba? Nah! Betul, emang yaa..kalau di
Jakarta ini panasnya nonjok banget. Hhe…jadi cepet asin deh kulitnya deeeh. Hik
Hik. *Ongkek.
Aku diajak ke Ambassador di daerah Kuningan Jaksel. Mall tingkat
bawah-menengah *menurutku. Karena ada yang berdiri lebih mewah lagi dari mall
itu tepat disampingnya. Kayaknya untuk orang-orang menengah ke atas kali yaa.
Ah..aku tak peduli itu. Mungkin memang begitu adanya di Ibu Kota. Tingkat
kekayaan dan status pun itu sangat penting dan dijadikan bahan penilaian orang*begitulah.
Setelah berlelah-lelah ria (ngider) atau keliling. Kami nyari
tempat makan. Dan cesss.. kami duduk dan makan dengan nikmat. Gak lama
kemudian, datang deh cewek cantik beeud sama cowok *pacarnya kali ya? Mereka
duduk di samping tempat duduk kami. Masya Allah seksi ambooy, rambutnya pirang,
pake*baca yukensi warna hitam, kakinya mulus menn, pake high heels, ada tatonya
juga tuh ternyata di deket mata kakinya. Gak tau deh gambar apa. Beuuuh, itu
orang pake celana gak siih. Tiba-tiba pertanyaan itu terbesit dalam pikiran.
Karena ngeliat si cewek itu pahanya gak ketutup sama sekali. Dalam hati aku
bilang, mungkin gak dosa kali ya, liat aurat tuh cewe. Kita kan sama-sama
perempuan.
Apppaa! Kita? LU AJE sama keluarga GUE. *Eh, maksudnya? Kamu
bakalan keselek pas denger suara dia yang ngebaaaass banget pas ngobrol sama
cowok itu. Kamu bisa ambil kesimpulan sendiri dari cerita tadi. Asssem gak tuh?
Kakakku sempat menghiburku ketika aku menceritakan kejadian
pahit yang aku alami kemarin. Beliau bilang kita gak usah takut, kalau lewat ya
lewat aja. Gak bakalan ganggu kok. Aku dengan antusias *layaknya jurnalis
beneran, bilang, “Kenapa gak ditangkep polisi aja? Atau laporin aja!”. Eh
kakakku malah biasa aja, katanya udah pernah sih polisi datang tapi gak
ketangkep-tangkep. Pikirku, ah payah bener polisi masa aku harus manggil James
Bond ke Indonesia buat memberantas mereka? *Sekalian aku ajak foto bareng deh
Daniel Craig nyaa..Hhee..*Lupakan. Maksudku biar dibawa ke tempat rehabilitasi
gitu. Malah kata kakakku hampir setiap lewat situ *gang tempat tongkrongan
mereka, suka ada kotoran manusia. Mungkin saking nikmatnya tu obat kali
ya?Sampai buang aer gede gitu. Iiih…Naudzubillah…. jangan pernah nyoba yaa…!
Hm....segini baru 4 malem. Gimana yang emang udah berbulan-bulan
atau bahkan bertahun lamanya tinggal di Jakarta. Pasti hal-hal yang aku
ceritakan tadi itu sudah menjadi hal yang biasa. Bahkan mungkin lebih ekstrem
lagi. Iya gak?Hm…Jakarta memang Kota Maklum ya..
*Semoga ada ibrohnya yaa, atas ceritaku ini. :D Salam.. ^ ^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar