Kamis, 11 September 2014

Empat Malam Meraba Jakarta

Aku sebenarnya bukan perempuan yang terbilang pemberani. Selain kadang aku suka tiba-tiba bodoh jika dihadapan khalayak. Aku pun seorang penakut akut kalau kemana-mana sendirian. Apalagi di Jakarta??

Tanggal 26-29 Agustus 2014 yang lalu. Aku menghabiskan waktu libur panjang kuliahku di Manggarai Jakarta Selatan. Tepatnya di daerah Pasar Rumput. Ya…walaupun hanya empat hari aku disana. Hhhee. Sangat terasa manis, asam, asin dan pahit Kota Jakarta. Kakakku yang kebetulan tinggal disana harus pindah bersama kami lagi di Bogor, karena kakak iparku (suaminya) ditugaskan kerja di Pekanbaru Riau.

Setelah sarapan, kami selalu bergegas membereskan dan membungkus barang-barang yang  akan dibawa pindah nanti. Ya memang sebenarnya itulah tujuanku diutus ke Jakarta, tidak lain untuk membantu  kakakku packing. Karena kebetulan kakak laki-lakiku juga masih sibuk dengan pekerjaannya. Kerabat laki-laki pun terbilang jauh (tempatnya). Sedang suaminya telah lebih dahulu terbang ke Utara Pulau Sumatera sana sekitar satu pekan yang lalu.

Untungnya, aku tak berangkat sendirian ke tempat kakakku itu. Aku ditemani umi dan keponakanku yang baru berusia 10 bulan. Walaupun sebenarnya sudah lebih dari tiga kali aku pulang pergi Bogor-Jakarta seorang diri. Tapi tetap saja masih suka deg-degan. Orang yang paling mengerikan di hidupku itu cuma dua. Pertama orang gila, kedua adalah laki-laki yang tidak aku kenal. Apalagi yang gayanya mirip preman. *Hoaah.. aku bisa mati gemetaran di tempat. *Uh.
Sayangnya mereka harus pergi lagi. Tepat tanggal 27 umi dan keponakanku itu pulang ke Bogor. Karena kakakku masih kerja sampai tanggal yang sama dan untuk terakhir kalinya. Pagi itu, aku mengantarkan umi sendirian sampai depan gang jalan. Karena kakakku masih kerja hari itu *pulang sore. Dalam hati aku menggerutu, kenapa pula umi memilih jalan ini. Jalan yang belum begitu aku hafal. Tapi aku mencoba mengingat setiap belokan dan tanda-tanda lain agar ketika kembali lagi aku masih bisa ingat. Tentu ini tak semudah gang yang biasa aku lewati sebelumnya. Dan tepat saja perasaan burukku itu berubah menjadi kenyataan. Tepat kami melewati satu gang pertama. Kami dihadapkan dengan sekitar 6 atau 7  laki-laki*menurut perhitunganku. Mereka sedang duduk dan ada juga yang berdiri. Oh Tuhan…. Rasanya ada yang memukul dadaku tepat di jantungku. Seolah sekejap berhenti berdegap. Aku lemas.

Kamu tahu mereka sedang apa? Mungkin ini yang mereka sebut nge-fly. Ah entahlah cairan apa yang dimasukkan ke dalam aliran darah mereka. Seolah mereka begitu menikmatinya! Suntikan-suntikan itu begitu jelas tertangkap oleh mata kami. Mungkin ini yang mereka bilang surga dunia? Tak tahulah aku.

Akhirnya, umi memecah kebekuan. Umi dengan cekatan meminta izin lewat sembari senyum. Entahlah senyum apa yang umi berikan untuk mereka. Sedang aku masih menggigil ketakutan di belakang punggungnya. Ah, bolehlah aku mengatakan ini suatu kesialan? Karena beberapa menit lagi aku yang akan menghadapi mereka sendirian.*Tarik nafas pelan-pelan.

Oh.. mengerikan sekali Jakarta buatku ini. Menuju jalan pulang ke rumah pun laki-laki terus menatapku tidak sopan! *segini pakai kerudung. Ya, apa mereka tidak pernah belajar PKN waktu SD dulu? Aku membuang wajahku jauh-jauh ke aspal. Dan kakiku terus bergegas menuju jalan tadi. Aku benar-benar takut tingkat kecamatan. Sampai aku tidak kepikiran kalau aku bisa memilih jalan lain untuk pulang.Ya. Jalan yang biasa aku lewati. Akibat panikku yang berlebihan, jadi kurang cerdas.*OH..Tolong aku Ya Allah.

Satu, Dua, Tiga langkah lagi aku akan menghadapi orang-orang nge-fly tadi. Pikiranku meliar, bagaimana kalau sekelompok orang itu berbuat jahat padaku. Menarik paksa kedua lenganku, lalu mereka tertawa sambil menusuk-nusukkan benda haram itu ke aliran darahku. Lalu seketika aku mati. Atau setidaknya masih sekarat dan dilarikan ke rumah sakit oleh warga sekitar. Dengan mulut penuh busa, kejang-kejang, dan mata melotot. *Issh..Bodohnya aku tak sempat berfikir untuk apa mereka berbagi kenikmatan mereka padaku, yang mereka dapatkan dengan uang yang tidak sedikit menurutku.

Dan Oh My God.. ternyata oh ternyata jarak mereka justru lebih mendekat ke arah rumah kakakku itu. Bismillah, aku tundukkan kepala sedikit, aku anggukkan pelan. Lalu dengan suara setengah tersekat, aku ucapkan, “Permisi…”. Aku sempat saling menatap dengan dua pemuda di antara mereka. Mata mereka sungguh sayu. Suara mereka pun seperti orang mabuk miras *seperti yang aku lihat di sinetron. Mereka berdua tersenyum padaku dan memberikan salam. Ya, salam. Dan aku sama sekali tak menghiraukan.

Singkat episode, esoknya aku diajak jalan-jalan oleh kakakku. Ini yang aku sebut manis. Apalagi kita pulang ke rumah malam hari, terlihat indah sekali Kuningan itu.  Pahitnya itu ya, kejadian yang aku ceritkan sebelumnya. Asinnya?You know lah… yang rasanya asin selain upil, air mata, dan ingus, apa coba? Nah! Betul, emang yaa..kalau di Jakarta ini panasnya nonjok banget. Hhe…jadi cepet asin deh kulitnya deeeh. Hik Hik. *Ongkek.

Aku diajak ke Ambassador di daerah Kuningan Jaksel. Mall tingkat bawah-menengah *menurutku. Karena ada yang berdiri lebih mewah lagi dari mall itu tepat disampingnya. Kayaknya untuk orang-orang menengah ke atas kali yaa. Ah..aku tak peduli itu. Mungkin memang begitu adanya di Ibu Kota. Tingkat kekayaan dan status pun itu sangat penting dan dijadikan bahan penilaian orang*begitulah.

Setelah berlelah-lelah ria (ngider) atau keliling. Kami nyari tempat makan. Dan cesss.. kami duduk dan makan dengan nikmat. Gak lama kemudian, datang deh cewek cantik beeud sama cowok *pacarnya kali ya? Mereka duduk di samping tempat duduk kami. Masya Allah seksi ambooy, rambutnya pirang, pake*baca yukensi warna hitam, kakinya mulus menn, pake high heels, ada tatonya juga tuh ternyata di deket mata kakinya. Gak tau deh gambar apa. Beuuuh, itu orang pake celana gak siih. Tiba-tiba pertanyaan itu terbesit dalam pikiran. Karena ngeliat si cewek itu pahanya gak ketutup sama sekali. Dalam hati aku bilang, mungkin gak dosa kali ya, liat aurat tuh cewe. Kita kan sama-sama perempuan.

Apppaa! Kita? LU AJE sama keluarga GUE. *Eh, maksudnya? Kamu bakalan keselek pas denger suara dia yang ngebaaaass banget pas ngobrol sama cowok itu. Kamu bisa ambil kesimpulan sendiri dari cerita tadi. Asssem gak tuh?

Kakakku sempat menghiburku ketika aku menceritakan kejadian pahit yang aku alami kemarin. Beliau bilang kita gak usah takut, kalau lewat ya lewat aja. Gak bakalan ganggu kok. Aku dengan antusias *layaknya jurnalis beneran, bilang, “Kenapa gak ditangkep polisi aja? Atau laporin aja!”. Eh kakakku malah biasa aja, katanya udah pernah sih polisi datang tapi gak ketangkep-tangkep. Pikirku, ah payah bener polisi masa aku harus manggil James Bond ke Indonesia buat memberantas mereka? *Sekalian aku ajak foto bareng deh Daniel Craig nyaa..Hhee..*Lupakan. Maksudku biar dibawa ke tempat rehabilitasi gitu. Malah kata kakakku hampir setiap lewat situ *gang tempat tongkrongan mereka, suka ada kotoran manusia. Mungkin saking nikmatnya tu obat kali ya?Sampai buang aer gede gitu. Iiih…Naudzubillah…. jangan pernah nyoba yaa…!

Hm....segini baru 4 malem. Gimana yang emang udah berbulan-bulan atau bahkan bertahun lamanya tinggal di Jakarta. Pasti hal-hal yang aku ceritakan tadi itu sudah menjadi hal yang biasa. Bahkan mungkin lebih ekstrem lagi. Iya gak?Hm…Jakarta memang Kota Maklum ya..


*Semoga ada ibrohnya yaa, atas ceritaku ini. :D Salam.. ^ ^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages - Menu