Sabtu, 06 September 2014

GELAP

Setiap kali aku ingin memuntahkan rasa sakit ini.
Melalui lidah tanpa suara yang mendesah.
Ternyata selalu saja ujung mataku yang lebih dahulu basah.
Apakah disana Kau juga merasakan dadaku yang menjalar sakit dan perih yang meringkih.
Maaf Tuhan, Aku katakan ini sakit.
Terasa kulit hatiku yang kering ini Kau cubit-cubit.
Lalu semakin lemah aku mengeja nama-Mu riuh melangit.
Semakin terasa pula urat-urat di sekujur tubuhku saling terjepit.
Sakit.
Aku katakan ini sakit.

Nyeri.
Lagi-lagi Kau membuatku nyeri.
Nyeri hanya mampu mendengar kalimat-Mu lewat bibirku yang kadang kaku.
Hingga telingaku kadang tak sanggup menyeret alunan itu menyentuh dinding Qalbu.
Kau Tahu? Jariku gemetar meraba urat-urat hitam di atas kertas suci itu. Apakah bisa?
Apakah bisa huruf-huruf itu mengobati rindu yang sudah terlalu?Oh Tuhan. 
Bagaimana bisa aku mengatakan ini rindu.
Bagaimana bisa aku katakan ini rin du..? Sedang aku tak tahu seperti apa itu rindu.

Maafkan aku Tuhan. Aku katakan ini sakit.
Mengapa harus begini gelapnya hanya ingin menatap wajah-Mu? Ya. Gelap.
Tak ada yang lebih gelap selain mencari  wujud-Mu yang tak jua tersingkap. 
 Bahkan kornea mata pemberian-Mu ini tak pernah mampu untuk menangkap.

Tuhan. Maafkan aku mengatakan ini sakit.

Karena tak ada  yang lebih sakit selain menyentuh-Mu yang amat sangat sulit.
Kau benar-benar cahaya di atas segala cahaya dan cahaya dan cahaya. Di atas segalanya.
Dan cahaya itu terang. Dan Kau terang di atas segala terang dan terang dan terang. Di atas segalanya.

Oh Tuhan.
Mengapa harus segelap ini hanya ingin menatap wajah-Mu.
Aku gelap. Dunia ini gelap. Gelap di atas segala gelap dan gelap. 
Karena Kau cahaya. Dan dunia adalah gelap.
Lalu aku dimana. Lalu aku dimana.
Dimana saat Kau bilang Kau amat dekat.
Sedang mata dan hati dan mata hatiku selalu pekat.
Ya. Kadang aku merasa dekat.
Tapi apa benar Kau pernah begitu dekat?
Bukankah Kau begitu dekat sedekat-dekatnya dekat dan amat begitu dekat.
Hanya ketika aku dalam gelap segelap-gelapnya liang lahat? 
Tuhan.
Sungguh maafkan aku mengatakan ini sakit.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages - Menu